WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Senin, 06 Desember 2010

WAKTU EFEKTIF TENAGA PERAWAT YANG DIBUTUHKAN DALAM MEMEBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN



BAB I. Audit Medik Dan Keperawatan Untuk Meningkatkan Dan Menjaga Mutu Serta Efektivitas Rujukan

I. Pendahuluan
Salah satu tujuan pembangunan sektor kesehatan adalah penurunan angka kematian bayi, angka kematian anak, angka kematian ibu serta peningkatan umur harapan hidup yang selanjutnya menjadi salah satu indikator dari Indeks pembangunan Manusia disamping sektor Pendidikan dan Ekonomi. Angka kematian bayi di Jawa Barat berdasarkan sensus tahun 1990 sekitar 89,13 per 1.000 kelahiran hidup dan tampaknya telah terjadi penurunan dalam 10 tahun terakhir, sedangkan angka kematian ibu tampaknya stagnan pada 325 per 100.000 kelahiran hidup dan 45,8% terjadi pada saat melahirkan. Walaupun sudah ada penurunan, tapi tidak begitu signifikan baik tingkat propinsi secara keseluruhan ataupun dilihat dari masing-masing Kota atau kabupaten. Salah satu contoh Angka kematian di kabupaten Bandung telah terjadi penurunan dilihat dari tiga tahun terakhir, dipihak lain terjadi peningkatan jumlah balita kekurangan gizi serta meningkatkan kematian akibat kurang gizi atau gizi buruk, seperti tampak pada gambar

Upaya pelayanan kesehatan dasar yang selama ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak hanya bisa mencegah 20% kematian, sedangkan sekitar 70% kematian bisa dicegah dengan pelayanan rujukan yang efektif. Rujukan sebagai suatu sistem akan menghasilkan keluaran (output) yang efektif apabila masukan (input) / infrastruktur dan proses pelaksanaannya efektif pula. Hal ini akan tampak apabila masingmasing komponen dalam sistem rujukan selalu dievaluasi. Untuk itu perlu dilakukan upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan kepada klien baik di pelayanan primer, pelayanan sekunder maupun pelayanan tersier. Pelayanan utama pada semua jenjang sarana pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medik serta pelayanan asuhan keperawatan. Pelayanan akan optimal apabila rujukan diantara jenjang pelayanan tersebut berjalan secara optimal pula. Salah satu upaya evaluasi rujukan pelayanan medik serta pelayanan asuhan keperawatan adalah dengan audit medik dan audit keperawatan.


BAB II Landasan Penulisan

I. Pelayanan Rujukan sebagai Suatu Sistem

1.      Sistem
adalah atau kelompok-kelompok yang saling bekerja sama, saling tergantung satu sama lain dan sulit untuk dipisahkan dalam upaya mencapai satu tujuan. Sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang dapat juga menjadi suatu sistem dalam lingkungannya. Komponenkomponen sistem terdiri dari masukan/input, proses, output dan outcome atau menurut Donabedian tediri dari Infrastruktur, proses dan outcome.

2.      Mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari 2 pendekatan, yaitu :
a.      Pendekatan kesehatan masyarakat
Pendekatan ini menyangkut seluruh sistem pelayanan kesehatan dan derajatkesehatan masyarakat suatu negara atau bagian-bagiannya dimana hasilnya menyangkut masyarakat keseluruhan dalam suatu wilayah atau daerah. Sebagai contoh mutu pelayanan kesehatan diungkapkan dengan kelangsungan hidup, angka morbiditas, angka kecacatan, angka kematian dan lain-lain.

b.      Pendekatan institusional atau inividual
Pendekatan ini menyangkut mutu pelayanan kesehatan terhadap perorangan oleh suatu institusi atau fasilitas seperti Puskesmas atau Rumah Sakit. Mutu di sini adalah salah satu aspek atau produk dari sumber daya dan kegiatan fasilitas tersebut. Mutu pelayanan fasilitas itu adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai komponen atau aspek fasilitas tersebut sebagai suatu sistem. Menurut Donabedian, aspek-aspek tersebut digolongkan dalam komponen struktur, proses dan outcome. - Struktur adalah masukan atau input dari sistem yang dapat diukur dari : tingkat kewajaran, kuatitas, biaya (efisiensi) dan mutu komponen
struktur. - Proses adalah sarana kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya dalam interaksi profesional dengan pasien. Tolok ukur yang dapat digunakan :
1)      Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
2)      Efektif atau tidak
3)      Mutu proses itu sendiri

3.                  Outcome  adalah hasil akhir kegiatan tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya di dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan. Outcome jangka pendek adalah hasil akhir suatu
prosedur atau tindakan tertentu, sedangkan outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional pasien. Pelayanan rujukan sebagai suatu sistem, dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor Yang Mempengaruhi
1. Dep.Kesehatan 6. IPTEK
2. Kanwil 7. Geografis
3. DKK DT I 8. Masyarakat (Sosek)
4. Din.Kes/Kandep DT II
5. Pemda

I. Analisis kepuasan pasien terhadap layanan perawat di ruang rawat inap rumah sakit azra bogor[1]

Rumah sakit merupakan institusi (atau fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Perlu pula disadari bahwa rumah sakit merupakan lembaga yang padat modal, padat karya, padat teknologi dan padat pula masalah yang dihadapi.

Data pasien pada tahun 2006 - 2007 menunjukkan bahwa jumlah pasien setiap bulannya mengalami fluktuasi. Jumlah yang fluktuatif ini belum diketahui penyebabnya. Banyak faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kepuasan pasien, diantaranya karena hasil yang terlihat merupakan resultan dari berbagai faktor yang berpengaruh. Hal ini diduga mengindikasikan adanya kemungkinan ketidakpuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan. Fakta dan uraian tersebut di atas selanjutnya memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian tentang kepuasan pasien terhadap layanan perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. Untuk lebih memudahkan dalam penelitian, maka penulis membatasi permasalahan yang diangkat hanya pada pengaruh kualitas pelayanan perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Azra Bogor (kecuali Ruang ICU, Ruang Anak, Ruang Kebidanan dan Ruang Bayi) yang diberikan untuk memenuhi kepuasan pasien yang dirawat lebih dari tiga hari perawatan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui apakah asuhan keperawatan yang diterapkan sekarang sudah sesuai dengan harapan pasien Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. 2) Untuk mengetahui atribut - atribut yang berkaitan dengan kepuasan pasien rawat dan kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. 3) Untuk merumuskan program peningkatan kepuasan pasien dan kinerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dan pengumpulan data sekunder, dimana dilakukan dengan mencari variabel-variabel yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat ruang rawat inap dan pasien Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor yang diambil secara sensus. Responden penelitian meliputi seluruh perawat ruang rawat inap (42 tenaga perawat) dan pasien Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor yang diambil secara sensus pasien yang dirawat lebih dari tiga hari pada bulan April 2008.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 10.1 for Windows. Tahapan pengolahan mencakup entri, cleaning, analisis deskriptif dan inferensia. Untuk pengelolaan data ada beberapa langkah yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol kualitas data, yakni: (1) Masukan - masukan yang diberikan oleh pasien pada saat memberikan instrumen dijadikan bahan penyempurnaan kuesioner sehingga nantinya dihasilkan sebuah instrumen yang valid dan reliabel. (2) Uji validitas, yakni sejauhmana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai validitas instrumen harapan pasien dalam penelitian ini adalah berkisar antara 0.764 hingga 0.861 (r>0,3) yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup valid, demikian juga untuk nilai validitas instrumen kenyataan pasien dalam penelitian ini adalah berkisar antara 0,476 hingga 0,770 (r>0,3) yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup valid. Pada uji vailiditas instrumen perawat didapatkan hasil bahwa nilai validitas instrumen harapan perawat dalam penelitian ini adalah berkisar antara 0.667 hingga 0.857 (r>0,3) yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup valid, demikian juga untuk nilai validitas instrumen kenyataan perawat dalam penelitian ini adalah berkisar antara 0.664 hingga 0.828 (r>0,3) yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup valid. (3) Uji reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang - ulang. Berdasarkan hasil uji realibilitas terhadap peubah-peubah penelitian ini dengan menggunakan metode Cronbach's Alpha (Cr-Alpha), diperoleh koefisien Alpha yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian ini cukup reliabel dimana pengujian menghasilkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0.961 untuk harapan pasien dan 0,912 untuk kenyataan pasien (α ≥ 0,6). Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa dari tiga belas variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat variabel yang harus mengalami pengurangan jumlah indikator. Hal tersebut dikarenakan dalam uji ini terlihat bahwa instrumen adalah reliabel (nilai Cronbach harapan pasien = 0.961 dan nilai Cronbach kenyataan pasien = 0,912) yang berarti tingkat kepercayaan (keandalan) dari varabel harapan ini sebesar 96,1 persen dan variabel kenyataan sebesar 91,2 persen.

Uji beda rata - rata (T-Test) merupakan metoda yang digunakan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan dua rata - rata, yaitu harapan responden terhadap layanan perawat ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor dan pelayanan perawat ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. Apabila hasil uji beda rata - rata terhadap atribut - atribut harapan dan penilaian prestasi kinerja perawat menghasilkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.6, maka atribut - atribut tersebut akan diikut sertakan dalam analisis kesenjangan untuk melihat lebih jauh perbedaan nilai harapan dan penilaian prestasi yang terjadi serta memperoleh gambaran mengenai tingkat kepuasan responden masing-masing atribut mutu pelayanan tersebut. Dalam analisis kepuasan terhadap layanan jasa, dilakukan uji beda rata - rata (T-Test) (pasien, perawat) antara variabel harapan dengan variabel penilaian prestasi atas layanan yang diberikan ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor .

Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Azra Bogor terutama di ruang perawatan sudah sesuai dengan yang diharapkan pasien. Dengan tingkat pendidikan D III, para perawat sudah mampu berperan sebagai perawat pelaksana dan sebagai pengelola pasien diruang rawat inap. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan perawat dalam mencari solusi dan membuat keputusan yang efektif dan tepat dalam menangani masalah, kemampuan bekerjasama yang baik antar perawat dalam team kerja, kesediaan perawat dalam membantu untuk team kerjanya, dan perilaku yang baik dari perawat. Hasil kajian kinerja perawat menghasilkan beberapa strategi yang harus diperhatikan pihak manajemen guna peningkatan kinerja perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Azra Bogor adalah 1) Pihak manajemen harus mempertahankan : kerjasama team yang baik dari perawat, kesediaan membantu antar perawat untuk team kerjanya, perilaku yang baik dari perawat, disiplin kerja yang tinggi dari perawat, serta kesadaran yang tinggi dari perawat akan kebersihan di lingkungan kerjanya. 2) Pihak manajemen harus melakukan pembenahan pada : kemampuan perawat dalam menyelesaikan tugas tepat waktu. 3) Hasil dari penelitian ini menyarankan bahwa asuhan keperawatan mutlak harus dilakukan seorang profesi perawat dalam melakukan profesinya baik sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, maupun sebagai peneliti. Dalam rangka menyempurnakan informasi kepada pihak manajemen Rumah Sakit Azra Bogor perlu dilakukan penelitian pada sisi input yaitu identifikasi masalah penyakit, kebutuhan dasar pasien, menentukan prioritas tindakan terhadap pasien, dan kemampuan perawat dalam menjalankan profesinya. Sedangkan pada sisi proses perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap Asuhan Keperawatan.


BAB III Isi Makalah
I.                   EVALUASI
1.      Audit Medik
Melihat komponen-komponen yang ada dalam rujukan sebagai sistem, betapa banyak yang harus kita perhatikan, kita kenal, kita kaji dan kita evaluasi secara terus menerus, sehingga dihasilkan rujukan yang efektif dan efisien. Upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
medik dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada penderita dikenal sebagai Audit Medik dan Audit Keperawatan.
a.       Audit Medik
Seperti sudah dibicarakan di atas bahwa Audit Medik adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada penderita. Hal ini sangat penting karena kekurangan dalam pelayanan medis dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa manusia.
Selain itu dengan berlakunya UU RI No. 23 Tahun 1992 Pasal 53 (ayat 2), Pasal 54 (ayat 1) dan Pasal 59 (ayat 2) tentang Kesehatan, dimana tugas dan kewajiban tenaga kesehatan tidak semakin ringan. Tuntutan akan pelayanan medis yang baik dan bermutu akan meningkat. Agar terhindar dari tuntutan tersebut harus memberikan pelayanan yang sesuai dengan “Standar” profesi yang berlaku serta memuaskan pelanggan baik pelanggan internal yaitu seluruh pemberi pelayanan, pelanggan intermediate yaitu pihak ketiga yang mendukung terselenggaranya pelayanan misalnya asuransi kesehatan serta pelanggan eksternal yaitu klien.
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan standar antara lain beberapa faktor yang dapat diukur secara nyata dan ada pula yang kurang berarti serta tidak dapat diukur secara tepat. Oleh karena itu hasil evaluasi dan interpretasi dari semua aspek di atas memerlukan pertimbangan yang sangat bijaksana. Yang paling penting dari Audit Medik ini adalah interpretasi secara profesional tentang faktor-faktor yang diketemukan dan mempengaruhi standar pelayanan penderita. Secara objektif, elemen-elemen pelayanan medis dapat diukur
dengan menggunakan perhitungan statistik serta dianalisis dan dipergunakan sebagai titik tolak penentuan penilaian secara kualitatif. Secara subjektif, elemen di atas memerlukan penilaian secara kualitatif melalui evaluasi klinis dan medis administratif. Faktor yang dinilai meliputi seluruh kegiatan yaitu tenaga, cara/metoda, sarana/alat yang digunakan, dana serta cara pengukuran. Beberapa contoh yang dapat diukur :
- Gross Death Rate : Kematian total dibagi seluruh pasien yang ke luar RS/ Puskesmas, rata-rata berkisar + 3%
- Net Death Rate : Jumlah kematian > 48 jam, sesudah masuk fasilitas pelayanan, biasanya < 2,5%.
- Komplikasi : Selama pasien dirawat di RS, 2-4%
- Infeksi : Angka infeksi 1-2%
- Tindakan : Seksio Sesarea 3-4% dari seluruh kelahiran hdup.
- Angka kematian ibu : < 0,25%
- Angka kematian bayi : < 2%, dan lain-lain.

Dalam melaksanakan Audit Medik kehadiran Konsultan Tamu sangat berguna dimana Auditor Medis (Konsultan) tersebut akan bebas melakukan evaluasi secara objektif pada semua faktor yang berhubungan dengan mutu pelayanan yang sedang dilaksanakan. Di samping itu bagi
Rumah Sakit, diperlukan juga berbagai komite dari staf medik yang dibantu oleh staf Rumah Sakit yang lain sesuai dengan kebutuhan. Setiap pelaksanaan program apalagi program yang baru dan sifatnya merupakan penilaian/ evaluasi, termasuk pelaksanaan audit medik akan terjadi pro – kontra sehingga perlu dipertimbangkan berbagai hal sebagai berikut:

b. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Audit Medik adalah :
1. Perlu waktu dan biaya.
2. Audit pada umumnya dilakukan secara retrospektif.
3. Kadang-kadang timbul pertentangan antara yang diaudit dan mengaudit, yang perlu ditekankan adalah fokus audit ini meningkatkan mutu pelayanan dan perawatan pasien bukan untuk penetapan skoring penilaian.
4. Dalam pelaksanaan tugas dokter secara profesi, dokter mempunyai otonomi di mana dokter sebagai pengambil keputusan, dan pasien pasrah terhadap keputusan dokter.
5. Pada Audit Medik ada kesan upaya yang insidentil dan selektif dalam memilih masalah/aspek yang diatasi, belum sistematik dan menyeluruh dan yang menjadi perhatian adalah segi ilmiah dan masalah klinisnya. Bukan soal mutu sebagai tanggung jawab produsen jasa terhadap pasien
sebagai konsumen pemakai jasa.

b. Langkah-langkah melakukan Audit Medik
Untuk melaksanakan Audit Medik diperlukan wadah/struktur yang diharapkan dapat mengorganisir kegiatan audit tersebut, wadah ini disebut

Komite Medik. Sampai saat ini wadah yang tersruktur berupa komite medik tersebut belum terlaksana disemua jenjang pelayanan, dan baru dapat dilaksanakan di Rumah Sakit.
1)      Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas.
2)      Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, objektif dan rinci
3)      Mempelajari catatan medik
4)      Para dokter mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria, dianalisis, didiskusikan kemungkinan penyebabnya.
5)      Membuat rekomendasi tentang cara-cara penegasan dan penanggulangan kasus yang tidak memenuhi kriteria.
6)      Mempelajari lagi topik yang sama di kemudian hari, misalnya setelah 6 bulan kemudian, untuk menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/ kekurangan yang diidentifikasi telah diperbaiki dan tidak diulang kembali.
7)      Perlu ditegaskan bahwa, audit medik ini bukan acara pengadilan dari kekuarangan pelayanan yang ada dari sarana pelayanan yang lebih tinggi terhadap jenjang yang lebih rendah, tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan. Peran dari jenjang yang lebih tinggi
ini justru sebagai narasumber untuk peningkatan mutu pelayanan tersebut. Seperti kita ketahui bahwa pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik apabila diksanakan secara tim yang solid. Perawat merupakan mitra dokter sehari – hari dalam melaksanakan pelayanan diberbagai jenjangsarana pelayanan kesehatan, sehingga audit b ukan hanya ditujukan terhadap pelayanan medik tetapi juga terhadap pelayanan asuhan keperawatan.

2. Audit Keperawatan
Pada dasarnya Audit Keperawatan tidak berbeda dengan Audit Medik, hanya dalam hal ini dilaksanakan oleh tenaga profesi perawat. Seperti kita ketahui peranan perawat saat ini berbeda dengan perawat di waktu dulu. Saat ini perawat sebagai mitra dokter harus dapat memberikan
pelayanan asuhan keperawatan yang profesional untuk memberikan kebutuhan pasien secara menyeluruh/Holistik yang meliputi kebutuhan Bio-psiko-sosio-spiritual. Untuk itu seorang perawat harus dapat melakukan proses keperawatan dengan benar dan sesuai standar yang telah
ditetapkan mulai dari pengkajain data, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan serta evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan dimana semua ini sudah tergambar pada dokumentasi keperawatan yang seharusnya terlampir pada setiap status/rekam medik penderita.

Pelaksanaan Audit Keperawatan ini dapat dalam wadah Komite Keperawatan atau berupa Gugus Kendali Mutu (GKM) di mana suatu saat komite ini akan bertemu dengan Komite Medik dalam diskusi suatu kasus.

II. Audit Medik dan Keperawatan dalam Pelayanan Rujukan dari Puskesmas dan Rumah Sakit

Pada dasarnya pelaksanaan Audit Medik dan Audit Keperawatan di Puskesmas dan Rumah Sakit adalah sama, namun secara terpisah boleh dikatakan bahan Audit Medik di Puskesmas terlihat lebih sederhana, tetapi lebih rumit karena melibatkan masyarakat yang sulit diharapkan akan
mematuhinya (dalam hal ini paraji dan kader terlatih atau tokoh masyarakat lain), sedang di Rumah Sakit lebih kompleks, namun tidak terlalu banyak melibatkan masyarakat. Pada dasarnya audit medik dan keperawatan ini akan berhasil optimal apabila komunikasi terjadi dari kedua arah serta masing – masing menyadari tujuan utama dari audit ini dalam rangka meningkatkan mutu layanan. Dengan demikian, bagi Puskesmas maupun Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan rujukan yang telah melaksanakan Audit Medik dan Audit Keperawatan dengan baik akan meningkatkan mutu serta efektivitas pelayanan rujukan. Dengan mempelajari komponen-komponen ataupun faktor yang mempengaruhi Sistem Rujukan, secara sistematis dan terarah kita dapat mencoba berbagai alternatif upaya pemecahan masalah yang ada dalam masing-masing komponen.








BAB IV. Penutup

Kesimpulan
2.      Audit Medik dan Audit Keperawatan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit maupun Puskesmas, khususnya dalam pelayanan rujukan.
3.      Dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pelayanan yang tidak memenuhi standar akan kena sanksi, maka Audit Medik dan Keperawatan akan menjadi penting.
4.      Peningkatan mutu layanan sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya pemasaran yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan serta pemenuhan kebutuhan stakeholder (seluruh pelaku pelayanan kesehatan).


[1] Subjek : MANAJAMEN SUMBER DAYA MANUSIA (Yohanes Sri Yono, 2008. Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Layanan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Azra Bogor. Di bawah bimbingan Illah Sailah dan Retnaningsih. )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar