WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Selasa, 07 Desember 2010

telur-telur

Sekelompok anak muda, masing-masing membawa telur ke sebuah pemandian Turki, tempat Nasrudin sedang menghabiskan waktu.

Ketika Nasrudin memasuki kamar mandi uap, di mana anak-anak muda itu sedang duduk-duduk, mereka berkata: "Ayo, kita sama-sama membayangkan bahwa kita semua ini ayam betina yang sedang bertelur. Siapa yang gagal bertelur, ia harus membayar ongkos mandi untuk semua orang yang ada di ruang ini.

Nasrudin setuju.

Tak lama kemudian, masing-masing orang mulai menunjukkan telurnya. Mereka meminta Nasrudin menunjukkan hasil kerjanya.

"Di antara begitu banyak ayam betina," kata Nasrudin, "tentu harus ada ayam jantannya."


Karkorajami

"Apa itu Kar-kor-ajami?" seseorang bertanya kepada anak laki-laki Nasrudin, yang baru saja diceritai tentang tokoh-tokoh dalam dongeng.

"Nama itu berarti," kata sang anak, "makhluk yang buta, tuli, dan bebal - tapi bisa berjalan."

"Ya," sela Nasrudin, "dan aku yang mengajarnya tentang hal itu."


Pencuri

Seorang pencuri memasuki rumah Nasrudin dan membawa hampir semua harta benda Mullah ke rumahnya sendiri. Nasrudin melihat semua kejadian itu dari jalanan. Beberapa menit setelah itu, Nasrudin mengambil selimut, dan mengikuti sang pencuri pulang dan kemudian berbaring, pura-pura tidur di rumah si pencuri itu.

"Siapa kamu, dan apa yang kau lakukan di sini?" tanya si pencuri.

"Lho, bukannya kita sedang pindah rumah?"


Mungkin Ada Jalan di Atas Sana

Beberapa anak bengal merencanakan untuk mencuri sandal Nasrudin. Mereka memanggil-manggil sang Mullah, dan menunjuk ke sebuah pohon: "Tak seorang pun dari kami yang bisa memanjat pohon itu."

"Ah, kamu tentu bisa. Akan kutunjukkan caranya," kata Nasrudin. Setelah mencopot sandalnya dan menyelipkannya di ikat pinggangnya, Nasrudin mulai memanjat pohon.

"Nasrudin," teriak anak-anak itu, "naik pohon tidak perlu pakai sandal."

Nasrudin, yang merasa harus membawa sandalnya, tanpa tahu alasannya, membalas teriakan mereka: "Ini persiapan kalau-kalau ada keadaan darurat. Siapa tahu, aku menemukan sebuah jalan di atas sana."


Kebenaran

"Apakah kebenaran itu?" seorang murid bertanya kepada Nasrudin.

"Sesuatu yang tidak pernah aku bicarakan, dan perlu kubicarakan."


Di dalam Masjid

Nasrudin sedang berada di masjid, duduk khusyuk berdoa di deretan orang-orang yang alim. Tiba-tiba, salah seorang di antara mereka nyeletuk: "Aku ragu, jangan-jangan, kompor di rumah masih menyala."

Orang yang duduk di sebelahnya berkata: "Dengan bicara begitu, doamu batal, lho. Kamu harus mulai lagi dari awal."

"Kamu juga," kata orang yang duduk di sebelah orang kedua ini.

"Alhamdulillah," kata Nasrudin keras-keras, "untung, aku tidak bicara."


Sebuah Pertanda

Seorang pencuri mengambil mantel Nasrudin. Pada saat yang sama, keledainya mulai meringkik.

Nasrudin gembira dan berteriak: "Sebuah pertanda bagus! Berita baik! Keamanan mengikuti ringkikan keledai!"

Si pencuri kaget luar biasa mendengar suara-suara itu sehingga dijatuhkannya mantel itu dan kemudian ia kabur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar