WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Senin, 06 Desember 2010

LAPORAN ANALISA RUANG GAWAT DARURAT

LAPORAN ANALISA RUANG GAWAT DARURAT



Nama Mahasiswa        : t
Nama Pasien               : Ny. K. 82 tahun
Diagnosa medis           : CHF
Tanggal                       : 3 Oktober 2006

1.      Pengkajian Primer
·         Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, atau penumpukan secret.        
·         Breathing : Spontan, RR 28x/menit.
·         Circulation : Akral hangat, TD 140/100 mmHg, Nadi 88x/menit.
·         Disintegrity : Kesadaran CM, GCS 15.

2.      Tindakan Keperawatan.
Tindakan yang dilakukan dari hasil pengkajian primer yaitu :
·         Pemberian O2
·         Mengatur posisi setengah duduk.
·         Pemasangan infuse
·         EKG
·         Pemeriksaan Lab

3.      Evaluasi Hasil Tindakan
·         Kesadaran CM
·         Posisi klien semifowler
·         O2 nasal kanul 5 lpm
·         TD 140/100 mmHg
·         Nadi 88x/menit

4.      Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard

5.      Pengkajian Sekunder
Keluhan Utama SMRS : Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, Klien merasa lemas, kedua kaki bengkak dan nafas terasa sesak.
RPS                                : Nafas terasa sesak, RR 28 x/menit, Kedua kaki bengkak.
Kesadaran    : Compos menthis.
Mata             : Konjuctiva tidak anemis,  sklera tidak ikterik
Ekstremitas : Oedema pada kedua kaki, Akral teraba hangat.
Leher            : Perbesaran KGB  (-)
Jantung         : mur-mur (-), gallop (+). TD 140 / 100 mmHg, Nadi 88 x/mnt, lemah
Paru              : Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen     : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar dan limpe tidak teraba

       
6.      Pemeriksaan Penunjang
·         EKG
·         Foto Ro Thoraks.
·         Pemeriksaan Lab

7.      Diagnosa Keperawatan (2 Diagnosa Utama )
1)   Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard
2)      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.

8.      Prinsip Tindakan
1)   Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard
Intervensi :
Mandiri:
·         Auskultasi nadi apical; kaji frekuensi, irama jantung; (dokumentasikan disritmia bila tersedia telemetri).
R / :  Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler. Catatan: disritmia ventrikuler yang tidak responsive terhadap obat diduga aneurisma ventrikuler
·         Catat bunyi jantung
R / :  S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis katup
·         Palpasi nadi perifer
R / :  Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan pulsus alterans (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada
·         Pantau TD
R/ :   Pada GJK dini, sedang atau kronis TD dapat meningkat sehungan dengan SVR. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
·         Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
R/ :   Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder tterhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraktori GJK.
·         Pantau haluaran urin, catat penurunan haluaran dan kepekatan/ konsentrasi urin
R/ :   Haluaran urin biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.


·         Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi
R/ :   Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung
·         Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur. Kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi.
R/ :   Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen miokard dan kerja berlebihan
·         Berikan lingkungan tenang, jelaskan manajemen medik/ keperawatan; membantu pasien menghindari situasi stress, mendengar/berespon terhadap ekspresi perasaan takut.
R/ :   Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi, yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung
·         Berikan pispot disamping tempat tidur. Hindari aktivitas respon valsava, contoh mengejan selama defekasi, menahan napas selama perubahan posisi.
R/ :   Pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar mandi atau kerja keras menggunakan bedpan. Valsava manuver menyebabkan rangsangan vagal diikuti dengan takikardi yang selanjutnya berpengaruh terhadap fungsi/ curah jantung
·         Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Dorong olahraga aktif/pasif. Tingkatkan ambulasi/ aktivitas sesuai toleransi.
R/ :   Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan insiden thrombus/ pembentukan embolus
Kolaborasi
·         Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
R / :  Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/ iskemia.
·         Berikan obat sesuai indikasi: diuretik, vasodilator, prazosin, digoksin, lanoksin, captopril, morfin sulfat, tranquilizar, antikoagulan.
R / :  Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti
v  tipe dan dosis diuretk tergantung pada derajat gagal jantung dan status fungsi ginjal. Penurunan preload banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan curah jantung relatif normal ditambah dengan gejala kongesti. Diuretic blok reabsorpsi diuretic, sehingga mempengaruhi reabsorpsi natrium dan air
v  vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, menurunkan volume sirkulasi (vasodilator) dan tahanan vaskuler sistemik (arteriodilator), juga kerja ventrikel
v  meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi/ curah jantung
v  inhibitor ACE digunakan untuk mengontrol gagal jantung dengan menghambat konversi angiotensin dalam paru dan menurunkan vasokonstriksi, SVR dan TD
v  penurunan tahanan vaskuler dan aliran balik vena menurunkan kerja miokard. Menghilangkan cemas dan mengistirahatkan siklus umpan balik cemas/ pengeluaran katekolamin/ camas
v  meningkatkan istirahat/ relaksasi dan menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja miokard
v  dapat digunakan secara profilaksis mencegah pembentukan thrombus/ emboli pada adanya faktor resiko seperti stasis vena, tirah baring, disritmia jantung, dan episode trombolik sebelumnya.

·         Pemberian cairan IV , pembatasan jumlah total sesuai indikasi. Hindari cairan garam.
R / :  Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi peningkatan volume cairan (preload). Pasien GJK juga mengeluarkan sedikir natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard
·         Pantau / ganti elektrolit
R / :  Perpindahan cairan dan penggunaan diuretic dapat mempengaruhi elektrolit (khususnya kalium dan klorida) yang mempengaruhi irama jantung dan kontraktilitas.
·         Pantau seri EKG dan perubahan foto dada
R / :  Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat terjadi karena peningkatan kebuthan oksigen miokard, meskipun tak ada penyakit arteri koroner. Foto dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dan perubahan kongesti pulmonal.
·         Pantau pemeriksaan lab:
-Pemeriksaan fungsi hati.
-PT/ APTT/ pemeriksaan koagulasi.
R / :  AST / LDH dapat meningkat sehubungan dengan kongesti hati dan menunjukkan kebutuhan untuk obat dengan dosis lebih kecil yang didetoksikasi oleh hati.
Mengukur perubahan pada proses koagulasi atau keefektifan terapi antikoagulan


2)      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
Intervensi :
Mandiri
·         Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat beta.
R / :  Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung
·         Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
R / :  Penurunan / ketidakmampuan miokard untuk meningkatnkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan
·         Kaji presipitator/ penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat
R / :  Kelemahan adalah efek samping beberpa obat (beta bloker, tranquilizer, dan sedatif). Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan
·         Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
R / :  Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelibihan aktivitas
·         Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.
R / :  Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan
Kolaborasi:
·         Implementasikan program rehabilitasi jantung/ aktivitas
R / :  Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/ konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah strea, bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali



9.      Monitor Klien
·         Monitor TTV
·         Monitor I & O
·         Monitor pola istirahat aktivitas

10.  Evaluasi Diri.
Perlu banyak belajar lagi terkait dengan kegawatan pada Kardiovaskuler.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar