WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Selasa, 07 Desember 2010

Shaikh Mukhtar dan Perampok



Syaikh Mukhtar adalah pemimpin tarekat Qadiriyya di Afrika Utara. Dia tinggal di sebuah pusat zikir (zawiya) di lereng gunung. Satu hari ia memindahkan zawiyanya ke tengah hutan.

Tiga orang perampok yang tinggal di sekitar hutan dan mengenal liku-liku hutan itu berniat merampoknya. Mereka akan mencuri sapi milik shaikh. Mereka memulai pekerjaannya.

Setelah membawa seekor sapi milik shaikh, mereka kelaparan. Dua orang memutuskan kembali untuk meminta makanan sementara yang seorang lagi bersembunyi di hutan dengan sapi curian. Kedua temannya datang mengunjungi shaikh. Betapa terperanjatnya mereka begitu melihat shaikh sudah berdiri di muka pintu menyambut kedatangan mereka.

''Assalamualaikum, silakan masuk,'' kata shaikh. Dengan wajah penuh heran, dua perampok itu duduk menghadapi hidangan yang disiapkan shaikh. ''Silakan istirahat dulu sebelu melanjutkan perjalanan kalian,'' ujar shaikh.

Pria berusia menjelang senja itu minta izin kembali ke mushallanya untuk melanjutkan zikirnya yang tertunda.

Kedua kawanan perampok itu berniat lari tanpa minta izin setelah perutnya kenyang. ''Tunggu,'' kata Shaikh. Mereka berbalik kembali dengan wajah penuh tanda tanya. Shaikh menghilang sebentar dan kembali dengan beberapa potong roti. ''Ini untuk kawan kalian yang berada di hutan. Bukankah kalian bertiga,'' kata Shaikh.

Tanpa mengucapkan terima kasih, dua orang itu berlari dengan roti pemberian shaikh. Mereka menceritakan apa yang dijumpainya kepada rekannya yang bersembunyi di hutan. Merasa ada yang janggal, mereka urung membawa lari sapi milik shaikh.

Tiga bulan kemudian, shaikh mengutus salah seorang muridnya kepada komplotan perampok bernama Alhiresh itu. Muridnya berhasil membawa Alhiresh ke hadapan shaikh. ''Bertobatlah kepada Tuhan. Hentikan kegiatan kalian. Itu tidak baik,'' kata Sidi Mukhtar. ''Tak mungkin, dari merampoklah kami hidup,'' kata Alhiresh.

''Kalau begitu, tinggallah di sini. Aku akan menjamin hidup kalian sampai akhir hayat,'' kata shaikh.

''Bagaimana mungkin, aku diampuni. Terlalu banyak orang yang aku bunuh,'' sambung Alhiresh.

''Tuhan maha pemaaf. Mohon ampun dan jangan ulangi perbuatan itu.''

Maka perampok itu kemudian tinggal bersama shaikh hingga akhir hayatnya. Mereka menjadi murid yang paling setia dan tekun berzikir.


Makanan Keimanan

Sidi Muhammad ben Ali adalah anak dari Sidi Mukhtar pemimpin tarekat Qadiriyya. Satu kali selagi ia masih muda, ia diundang makan di rumah seorang ulama terkenal. Dia datang dan melihat banyak pemimpin suku hadir di rumah ulama tersebut.

Orang-orang yang datang tahu, ulama itu sangat murah dan selalu menghidangkan makanan lezat. Ketika si ulama masuk ke dalam kamar, mereka menduga-duga makanan apa yang akan disajikan hari itu.

Betapa terperanjatnya mereka ketika melihat yang dikeluarkan cuma sup sayuran yang tak enak dimakan. Mereka melihatnya ogah-ogahan ketika ulama itu mempersilakan semua tamunya menyantap makanan.

Tapi tidak dengan Sidi Muhammad ben Ali. Anak muda itu menyantap habis makanan yang disediakan shaikh pemilik rumah. Yang lain bahkan tak mau menyentuhnya.

Usai menyediakan makanan, shaikh itu menyampaikan pesan yang membuat semua yang hadir mencucurkan air mata. Dia menceritakan rahasia di balik makanan yang tak enak itu. Kelak, Sidi Muhammad ben Ali menjadi ulama terkenal yang memimpin juga tarekat Qadiriyya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar