WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Selasa, 07 Desember 2010

Loni Dan Gadis Kecil

Tak seorang pun di sekolah yang mau bermain dengan Loni, sampai muncul seorang gadis kecil di kelasnya, pada suatu pagi. 

“Kamu boleh duduk di mana saja,” kata guru kelas pada si gadis kecil.
Gadis kecil berusia sembilan tahun itu menatap sekeliling kelas dan melihat beberapa bangku kosong di sekitar. Lalu pandangannya bertemu dengan binar harapan di mata Loni, anak perempuan bertubuh setinggi Ibu Guru, dengan rambut kepang dua seperti dirinya. Dengan yakin ia mengambil tempat duduk di samping Loni, diiringi pandangan heran dari semua murid.

Beberapa jam kemudian isi kelas dikejutkan dengan penyakit Loni yang muncul tiba-tiba. Loni kejang-kejang! Bulatan hitam di matanya nyaris menghilang. Dari mulutnya keluar busa. Beberapa teman Loni menyingkir, yang lain berbisik-bisik dan tertawa. Si gadis kecil tampak cemas. Bersama beberapa guru ia menemani Loni ke puskesmas terdekat.

Seminggu kemudian, setelah pulih, Loni tampak takjub karena murid baru, gadis kecil itu masih duduk di situ. “Mengapa kamu duduk di sini?” tanyanya. “Mengapa kamu mau bermain dengan saya? Apa kamu tidak tahu saya punya penyakit aneh?” tanya Loni terbata-bata. Tetapi si gadis kecil hanya tersenyum.

Ketika Loni diusili teman sekelas, ketika ada yang menjambak dan menendang Loni, ke­ti­ka semua beramai-ramai mengejek Loni, gadis kecil membelanya. Begitu juga sebaliknya. Loni akan bersedih dan mencoba membantu sebisanya ketika gadis kecil mendapat kesulitan. Di waktu luang, gadis kecil mengajari Loni pelajaran sekolah. Semakin lama mereka semakin akrab. Gadis kecil berhasil menjadi juara kelas. Loni yang dua tahun tinggal kelas dapat naik ke kelas empat.

Suatu hari Loni tak masuk sekolah. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan Loni tak muncul. Gadis kecil sedih mendengar Loni tak lagi sekolah. Kedua orangtuanya bilang percuma menyekolahkan Loni, sebab penyakit Loni sering kambuh. Ia juga sering mengamuk pada siapa saja.

Gadis kecil sedih. Ia datang ke rumah Loni, tetapi Loni tak ada. Gadis kecil tak percaya ketika orang-orang berkata Loni kini menjadi anak jalanan, berkeliaran di jalan-jalan.

Suatu sore, si gadis kecil itu pulang menuju rumahnya. Ia harus berjalan melalui lorong pasar yang sudah cukup gelap. Tak seorang pun di sana, ketika tiga lelaki jahat tiba-tiba menyergapnya! Gadis kecil tak bisa berteriak karena mulutnya disekap. Ia akan diseret ke tempat yang lebih gelap! Tiba-tiba sesosok bayangan datang dan memukuli orang-orang itu sambil berteriak. Ia mengibas-ngibaskan rantai panjang yang dibawanya ke udara. Para lelaki itu kocar-kacir. Orang-orang mulai berdatangan mendengar lengkingannya.

“Loni!” panggil gadis kecil gembira.

Loni membelai rambut gadis kecil dan memeluknya. Tetapi ia tampak sangat berbeda. Ia begitu lusuh. Bajunya sobek di sana-sini. Pergelangan tangannya dipenuhi karet warna-war­ni. Begitu juga rambutnya. Rantai panjang yang sejak tadi dipegangnya, kini dililitkannya di pinggang. Airmatanya tiba-tiba menitik ketika ia berkata, ”Hanya ka­mu…temanku…, hanya kamu….”

Tahun terus berlalu. Gadis kecil tumbuh remaja. Ia tahu, ia mempunyai seorang teman yang hingga kini masih berkeliaran di jalan dan di pasar-pasar. Sesekali ia menyelusuri pasar dan jalan-jalan, berharap dapat bertemu dengan Loni.

“Orang gila! Orang Gila! Lariii!”

“Loni gila! Loni gilaa!”

Gadis kecil masih menawarkan persahabatan seperti dulu, tetapi Loni menghindari.

“Loni, kamu temanku…kamu tidak gila!” kata si gadis. “Aku akan menolongmu….”

Airmata Loni berderai. “Kamu temanku…,pergilah…," suaranya pelan. “Hanya kamu…temanku selamanya…,satu-satunya…, karena itu…kamu harus…pergi….”

Sejak saat itu gadis itu tak pernah lagi bertemu dengan Loni. Tetapi di mana pun Loni berada, gadis itu tahu Loni akan selalu berada di hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar