WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Senin, 06 Desember 2010

resume

LAPORAN ANALISA RUANG GAWAT DARURAT


Nama Mahasiswa        :  Tn.u
Nama Pasien               : ­­­ Tn. H. 49­­ tahun
Diagnosa medis           :  Penurunan Kesadaran ec Infeksi Intra Cranial,                           DD Metabolik Sepsis.
Tanggal                       :  4 Oktober 2006

1.      Pengkajian Primer
·         Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, atau penumpukan secret.        
·         Breathing : Spontan, RR 22x/menit.
·         Circulation : Akral hangat, TD 80/50 mmHg, Nadi 100x/menit.
·         Disintegrity : Kesadaran Soporo coma, GCS = E2M2V2 = 6.­­­­­­­­

2.      Tindakan Keperawatan.
Tindakan yang dilakukan dari hasil pengkajian primer yaitu :
·         Pemberian O2 4 lpm
·         Pemasangan infuse
·         Pemasangan NGT
·         Kateter
·         EKG
·         Foto Thoraks.
·         Pemeriksaan Lab

3.      Evaluasi Hasil Tindakan
·         Kesadaran Soporo coma
·         GCS, E2 M4 V2 = 8
·         Infus terpasang 2 line ( NaCl 3 % / 12 jam, Kcl 25 mg di drip dalam NaCl 0,9 % / 8 Jam ).
·         TD 80/60 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 38,6 C.

4.      Diagnosa Keperawatan
Syok berhubungan dengan reaksi inflamasi pada intra cranial.


5.      Pengkajian Sekunder
Keluhan Utama SMRS : Penurunan kesadaran sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
RPS                                :  Kesadaran Soporocoma, TD 80/60 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 38,6 C.
RPD                               :  Klien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS, saat klien makan malam klien mulai kelihatan mengantuk, lalu klien dibiarkan tidur. Saat bangun pagi klien sudah sulit dibangunkan, hanya menggerang dan mata tidak kontak. Klien demam ± 5 hari, batuk-batuk (+), intake makanan sangat sulit ± 2 minggu karena sulit menelan serta sakit pada tenggorokannya.
RPK                               :  Keluarga menyangkal bahwa klien punya riwayat pemakai obat-obatan terlarang, serta sex bebas. Klien pernah periksa HIV tapi hasil (-).
                                          HT, DM, disangkal.

Kesadaran    : Kesadaran Soporo coma, GCS = E2M2V2 = 6
Mata             : Konjuctiva anemis,  sklera tidak ikterik . Pupil isokor, 02/02 mm.
Leher            : Pembesaran KGB (-)
Jantung         : mur-mur (-), gallop (-). TD 80/50 mmHg, Nadi 100 x/mnt.
Paru              : Suara nafas Vesikuler, ronchi basah kasar +/+, wheezing -/-
Abdomen     : agak cembung, lemas, BU (+) N. Hati & limpa tidak teraba.
Ekstremitas : Akral teraba hangat.
TRM (-).
       
6.      Pemeriksaan Penunjang
·         EKG
Sinus Takhicardia, Infark, Possibility Acute.
·         Foto Ro Thoraks.
·         Pemeriksaan Lab

Hasil AGD
PH            : 7,609
PCO2       : 19,8
PO2          : 57,3
HCO3      : 19,9
tCO2 (p)   : 20,5 mmol/l
ABE         : - 0,5 mmol/l
SBE          : - 1,6 mmol/l
SO2          : 93,2 %


Hb           : 9,0 gr/dl
HCT        : 28,1 %


Na : 123
K   : 2,6
Cl  : 79

7.      Diagnosa Keperawatan (2 Diagnosa Utama )
1)      Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan proses penyakit.
2)      Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penuruan cardiac output. Ditandai dengan : kesadaran menurun (GCS : 6), TD 80/50 mmHg.

8.      Prinsip Tindakan
1)   Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi :
Mandiri:
·         Pertahankan tehnik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat bagi pasien, pengunjung maupun staf.
R / :  Menurunkan pasien terkena infeksi sekunder, mengontrol penyebaran infeksi dan mencegah pemajanan pada individu terinfeksi.
·         Pantau suhu secara teratur.
R / :  Terapi obat biasanya akan diberikan terus selama  kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (kembali normal) dan tanda-tanda klinisnya jelas.
·         Monitor adanya nyeri dada. Berkembangnya nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang terus-menerus.
R / :  Infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut.
·         Auskultasi suara nafas, pantau kecepatan pernapasan dan usaha pernafasan.
R/ :   Adanya ronchi atau mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan resiko terjadinya infeksi pernafasan.
·         Monitor karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau.
R/ :   Urine statis , dehidrasi dan kelemahan umum, meningkatkan risiko terhadap infeksi kandung kemih atau ginjal.
Kolaborasi
·         Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
R / :  Mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.


2)      Resiko perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penuruan cardiac output. Ditandai dengan : kesadaran menurun (GCS : 6), TD 80/50 mmHg.
Intervensi :
Mandiri
·         Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda-tanda vital.
R /: Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya risiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
·         Observasi status nurologis dengan teratur.
R / : Perubahan tingkat kesadaran dan peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dari kerusakan serebral.
·         Observasi Tanda-tanda vital.
      R / : Memantau perkembangan klien.
·         Pantau frekuensi/irama jantung.
R / :  Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi, yang mencerminkan trauma/tekanan batang otak pada tidak adanya penyakit penyakit jantung yang mendasari.
·         Pantau pernafasan, catat pola dan irama pernafasan.
R / :  Pernafasan dengan periode apnea setelah hiperventilasiatau cheyne stokes adalah tanda yang berat dari peningkatan TIK.

Kolaborasi
·         Berikan posisi kepala tempat tidur klien 15-45 derajat sesuai toleransi/indikasi.
R / : Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.
·         Pantau AGD, berikan terapi O2 sesuai kebutuhan.
      R / : Terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk/ meningkatkan iskemik serebral.
·         Berikan obat sesuai indikasi


9.      Monitor Klien
  • Monitor TTV
  • Monitor pemberian ciran
  • Pertahankan pemberian oksigen
  • Berikan antibiotik
  • Monitor I - O

10.  Evaluasi Diri.
Pada kasus kegawatan pada system persyarafan, sangat banyak sekali kerterkaitan/hubungan hubungan dengan seluruh system dalam tubuh. Sehingga perlu banyak menggali atau mempelajari pada kegawatan system persyarafan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar