WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Selasa, 07 Desember 2010

Nikmat yang Tak Habis Disyukuri

Tahukah Anda apa yang membanggakan saya dari seorang Kinan Nasanti?

Setiap orang merasa aman mempercayakan rahasia mereka padanya! Begitu banyak teman (bahkan yang baru mengenalnya) menjadikannya tempat curhat.

“Saya sudah cerita semua masalah saya pada Kinan, Mbak,” kata Vita.

“Aku ceritakan saja semua pada Mbak Kinan,” tutur Dian.

“Aku sampai nangis lho curhat ke Kinan,” kali ini Wida.

“Mbak Kinan, aku mau ceritaaaa….”

“Nan, ada waktu nggak untuk dengar ceritaku?” tanya Ika.

Dan apa yang dilakukan Kinan?

Ia mendengar dengan telinga dan hati sekaligus. Ia tidak semata menunjukkan simpati, tapi empati. Ia berusaha mencari solusi atau memberi nasehat yang berarti. Lebih dari itu, komitmen. “Insya Allah kita hadapi bersama, ya. Saya akan bantu. Semoga Allah memberi kekuatan.”

Tapi tahukah Anda siapa Kinan sebenarnya? Ia hanya seorang muslimah biasa dengan tubuh yang sangat mungil (serupa anak saya yang menjelang kelas II SD). Hari-harinya adalah cobaan. Ayahnya sudah meninggal. Sang ibu sakit-sakitan. Ia masih harus menghadapi seorang kakak yang tidak stabil secara mental serta seorang adik yang sakit jiwa! Belum lagi masalah lainnya. Dan ia menghadapi semua dengan ketabahan luar biasa.

Bagaimana bisa? Pikir saya.

“Allah, Mbak. Allah tempat bersandar yang sejati. Ia pasti tak akan membiarkan hambaNya. Ia tak akan membiarkan saya, Mbak,” katanya suatu ketika.

Di tengah dera cobaan, ia bisa lulus kuliah dari Universitas Indonesia dengan nilai baik. Ia mengajar di sebuah pesantren dan dicintai begitu banyak muridnya. Ia masih sempat bekerja di sebuah penerbitan, menulis untuk beberapa majalah dan antologi cerpen bersama, membina majelis taklim, menjadi pengurus organisasi Forum Lingkar Pena dan aktif dalam berbagai kegiatan Partai Keadilan di wilayahnya.

Tidak hanya itu. Hari-hari belakangan ini ia sibuk memikirkan teman-temannya yang belum menikah pada usia menjelang atau lebih dari 30 tahun. Dan mencoba mencarikan untuk mereka lelaki muslim yang baik.

Tidak memikirkan diri sendiri. Tidak rendah diri karena tubuh mungilnya. Hanya kerendahan hati. Tak ada duka karena derita. Hanya mata yang berbinar dan senyum, saat bertemu kami.

Tahukah Anda kalimat yang sering ia ucapkan kala bersama kami?

“Maha Besar Allah yang memberi saya kenikmatan yang tak habis untuk disyukuri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar