WELCOME

selamat berkunjung di blog ini, semoga dengan bahan yang tersedia di laman blog ini dapat membantu anda

Rabu, 08 Desember 2010

ILMU KEPERAWATAN


HIdup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas
A. Falsafah
Keyakinan terhadap nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat baik untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah pekerjaan luhur dan manusiawi yang ditujukan untuk klien.
2. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwijudnya manusia sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima semua orang.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
5. Perawat Kesehatan Masyarakat sebagai provider dan masyarakat sebagai consumer pelayanan kesehatan , menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijakan dan pelayanan keearah peningkatan status kesehatan masyarakat
6. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat secara berkesinambungan..
7. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatan.
B. Pengertian
1. WHO (1959)
Lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hl itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
2. Ruth B Freeman
Suatu lapangan khusus bidang keperawatan dimana teknik keperawatan, ketrampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada ketrampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial lain demi untuk memelihara kesehatan masyarakat.
3. American Nursing Association (ANA)
Suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk.
4. Badan Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peranserta aktif masyarakat.
Ilmu Keperawatan
Peran serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat
Tiga komponen dasar ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Konsep keperawatan dikarakteristikan oleh 4 konsep pokok yaitu:
1. Manusia
2. Kesehatan
3. Keperawatan
4. Lingkungan
Gambar 2
Paradigma Keperawatan
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh dan unik, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Konsorsium Ilmu kesehatan, 1992)
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia secara terus menerus mengahadapi perubahan lingkungan dan selalu berusaha beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan
Gambar. 3
Dimensi manusia sebagai satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual, emosional, social-kultural, spiritual dan lingkungan ( Dikutip dari Taylor C. dkk. Fundamental of Nursing, 1989)
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Gambar. 4
Hirarki Maslow tentang Kebutuhan Dasar manusia
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau mengabaikan maslah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai pada penyelesaiannya akan dipengaruhi keluarga. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga.
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. Peran dari anggota-anggota keluarga akan mengalami perubahan, bila salah satu angota menderita sakit. Disisi lain status kesehatan dari klien juga sebagian akan ditentkan oleh kondisi keluarganya.
4) Dalam merawat
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
Ciri-ciri:
1) Interaksi antar warga
2) diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas
3) Suatu komuniatas dalam waktu
4) identitas yang kuat mengikat semua warga
2. Kesehatan
Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif (Parson).
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif (Paplau).
Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan
1) Keturunan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Lingkungan
Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayanan keperawatan , dimana kondisi sehat-sakit berada dalam suatu rentang dari kondisi sehat optimal sampai dengan status kesehatan yang terendah yaitu kematian dan kondisi normal berada di tengah.
SEHAT OPTIMAL
SEHAT
NORMAL
SAKIT
KEMATIAN
Gambar 5.
Rentang sehat-sakit
sebagai skala hipotesa kondisi sehat-sakit ( Taylor C. dkk )
3. Keperawatan
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan.
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Pertama, Keperawatan menganut pandangan yang holistic terhadap manusia yaitu keutuhan sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistic dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi social. Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta yang kelima, keperawatan menganggap klien sebagai partne aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan keperawatan.
4. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan di sini meliputi lingkungan fisik, psikologis, social budaya dan lingkungan spiritual. Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau agent-host-environment triangle model yang dikemukakan oleh Leavelll,(1965), dimana ketiga komponen saling berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk.
AGENT/PENYEBAB
LINGKUNGAN HOSPES/MANUSIA
Gambar 6
Model Leavell. Agen, hospes dan lingkungan saling berhubungan dan mempengaruhi kesehatan (Taylor.C. dkk, Fundamental of Nursing, 1989)
C. Asumsi dasar
1. Sistem pelayanan adalah kompleks
2. Pelayanan kesehatan (primer, sekunder dan tertier) merupakan komponen dari pelayanan kesehatan.
3. Keperawatan sebagai subsistem pelayanan kesehatan merupakan hasil produk pendidikan, riset yang dilandasi praktek.
4. Focus utama Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah primery care.
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat terutama terjadi ditatanan kesehatan utama.
D. Pandangan /Keyakinan
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima oleh semua orang.
2. Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan kesehatan.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan dapat membentuk kerjasama untuk mendorong dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, kelompok, keluarga dan individu.
5. Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab individu.
7. Klien merupakan anggota tetap team kesehatan. Individu dalam komunitas bertanggung jawab untuk kesehatan sendiri dan harus didorong serta dididik untuk berperan dalam pelayanan kesehatan.
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan memampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di pandi dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninnya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat yang optimal.
F. Ruang Lingkup
1. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan ki\unjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, Iodium
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit dirumah
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
d. Perawatan buah dada
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan:
a. Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya
b. Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll
5. Resosialitatif
Adalah upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
G. Sasaran
Individu, keluarga, kelompok dam masyarakat baik yang sehat atau sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta ketidakmampuan.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
1. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
a. Ibu hamil tertenti yang belum ANC.
b. Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya.
c. Balita tertentu.
d. Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program.
e. Penyakit endemis.
f. Penyakit kronis tidak menular.
g. Kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2. Keluarga dengan resiko tinggi
a. Ibu hamil dengan masalah gizi.
1) anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)
2) Kurang Energi Kronis (KEK)
b. Ibu hamil dengan resiko tinggi lai (perdarahan, infeksi, hipertensi)
c. Balita dengan BGM
d. Neonatus dengan BBLR.
e. Usia lanjut jompo.
f. Kasus percobaan bunuh diri.
3. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
a. Drop out tertentu
1) Ibu hamil
2) Bayi
3) Balita dengan keterlambatan tumbuh kembang.
4) Penyakit kronis atau endemis.
b. Kasus pasca keperawatan
1) Kasus pasca keperawatan yang dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan.
2) Kasus katarak yang dioperasi di puskesmas.
3) Persalinan dengan tindakan.
4) Kasus psikotik.
5) Kasus yang seharusnya dirujuk yang tidak dilaksanakan rujukannya.
4. Pembinaan kelompok khusus.
Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah kesehatan
a. Terikat dalam institusi, misalnya
1) Panti
2) Rutan/lapas
3) Pondok pesantren
4) Lokalisasi/WTS.
b. Tidak terikat dalam institusi, misalnya:
1) Karang wredha
2) Karang balita
3) KPKIA
4) Kelompok pekerja informal
5) Perkumpulan penyandang penyakit tertentu (jantung, asma, DM dan lain-lain ).
6) Kelompok remaja.
5. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
1. Masyarakat di daerah endemis suatu penyakit misalnya endemis malaria, filariasis, HHF, diare.
2. Masyarakat didaerah dengan keadaan lingkungan kehidupan buruk, misalnya derah kumuh di kota besar.
3. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah yang menonjol dibanding dengan daerah lain, misalnya daerah dengan AKB tinggi.
4. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah kesenjangan pelayanan kesehatan lebih tinggi dari daerah sekitar, misalnya cakupan ANC rendah, immunisasi rendah.
5. Masyarakat di daerah pemukiman baru, yang diperkirakan akan mengalami hambatan dalam melaksanakan adaptasi kehidupannya, seperti daerah transmigrasi, pemukiman masyarakat terasing.
H. Kegiatan
1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui home care.
2. Penyuluhan kesehatan
3. Konsultasi dan problem solving
4. Bimbingan
5. Melaksanakan rujukan
6. Penemuan kasus
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
9. Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
10. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
11. Memberikan tauladan
12. Ikut serta dalam penelitian
I. Prinsip dasar dalam praktek perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditkankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Home visite sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
J. Pendekatan
Contoh pendekatan yang dapat digunakan:
1. Problem solving approach
Pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dengan menggunakan proses keperawatan.
2. Family approach
Pendekatan terhadap keluarga binaan
3. Case Approach
Pembinaan dilakukan berdasar kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut.
4. Community approach
Pendekatan dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survey mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
K. Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan
Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mesekak tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Linda Jarvis)
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dari masyarakat. Perawatan Kesehatan Masyarakat mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui:
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok, pendidikan kesehatan serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara komprehensive.
Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas.
2. Kerjasama
Kerjasaman dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Perawat komunitas dapat bekerja diberbagai tatanan:
1. Klinik rawat jalan
2. Kantor kesehatan
3. Kesehatan kerja
4. Sekolah
5. Rumah
6. Perkemahan
7. Institusi pemeliharaan kesehatan
8. Tempat pengungsian
Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai:
1. Perawat keluarga
2. Perawat sekolah
3. perawat kesehatan kerja
4. perawat gerontologi
Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah :
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis.
Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan konsultasi.
Perawat kesehatan sekolah
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986)
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
Perawat kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain.
Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas.
Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.

Selasa, 07 Desember 2010

Nikmat yang Tak Habis Disyukuri

Tahukah Anda apa yang membanggakan saya dari seorang Kinan Nasanti?

Setiap orang merasa aman mempercayakan rahasia mereka padanya! Begitu banyak teman (bahkan yang baru mengenalnya) menjadikannya tempat curhat.

“Saya sudah cerita semua masalah saya pada Kinan, Mbak,” kata Vita.

“Aku ceritakan saja semua pada Mbak Kinan,” tutur Dian.

“Aku sampai nangis lho curhat ke Kinan,” kali ini Wida.

“Mbak Kinan, aku mau ceritaaaa….”

“Nan, ada waktu nggak untuk dengar ceritaku?” tanya Ika.

Dan apa yang dilakukan Kinan?

Ia mendengar dengan telinga dan hati sekaligus. Ia tidak semata menunjukkan simpati, tapi empati. Ia berusaha mencari solusi atau memberi nasehat yang berarti. Lebih dari itu, komitmen. “Insya Allah kita hadapi bersama, ya. Saya akan bantu. Semoga Allah memberi kekuatan.”

Tapi tahukah Anda siapa Kinan sebenarnya? Ia hanya seorang muslimah biasa dengan tubuh yang sangat mungil (serupa anak saya yang menjelang kelas II SD). Hari-harinya adalah cobaan. Ayahnya sudah meninggal. Sang ibu sakit-sakitan. Ia masih harus menghadapi seorang kakak yang tidak stabil secara mental serta seorang adik yang sakit jiwa! Belum lagi masalah lainnya. Dan ia menghadapi semua dengan ketabahan luar biasa.

Bagaimana bisa? Pikir saya.

“Allah, Mbak. Allah tempat bersandar yang sejati. Ia pasti tak akan membiarkan hambaNya. Ia tak akan membiarkan saya, Mbak,” katanya suatu ketika.

Di tengah dera cobaan, ia bisa lulus kuliah dari Universitas Indonesia dengan nilai baik. Ia mengajar di sebuah pesantren dan dicintai begitu banyak muridnya. Ia masih sempat bekerja di sebuah penerbitan, menulis untuk beberapa majalah dan antologi cerpen bersama, membina majelis taklim, menjadi pengurus organisasi Forum Lingkar Pena dan aktif dalam berbagai kegiatan Partai Keadilan di wilayahnya.

Tidak hanya itu. Hari-hari belakangan ini ia sibuk memikirkan teman-temannya yang belum menikah pada usia menjelang atau lebih dari 30 tahun. Dan mencoba mencarikan untuk mereka lelaki muslim yang baik.

Tidak memikirkan diri sendiri. Tidak rendah diri karena tubuh mungilnya. Hanya kerendahan hati. Tak ada duka karena derita. Hanya mata yang berbinar dan senyum, saat bertemu kami.

Tahukah Anda kalimat yang sering ia ucapkan kala bersama kami?

“Maha Besar Allah yang memberi saya kenikmatan yang tak habis untuk disyukuri.”

Loni Dan Gadis Kecil

Tak seorang pun di sekolah yang mau bermain dengan Loni, sampai muncul seorang gadis kecil di kelasnya, pada suatu pagi. 

“Kamu boleh duduk di mana saja,” kata guru kelas pada si gadis kecil.
Gadis kecil berusia sembilan tahun itu menatap sekeliling kelas dan melihat beberapa bangku kosong di sekitar. Lalu pandangannya bertemu dengan binar harapan di mata Loni, anak perempuan bertubuh setinggi Ibu Guru, dengan rambut kepang dua seperti dirinya. Dengan yakin ia mengambil tempat duduk di samping Loni, diiringi pandangan heran dari semua murid.

Beberapa jam kemudian isi kelas dikejutkan dengan penyakit Loni yang muncul tiba-tiba. Loni kejang-kejang! Bulatan hitam di matanya nyaris menghilang. Dari mulutnya keluar busa. Beberapa teman Loni menyingkir, yang lain berbisik-bisik dan tertawa. Si gadis kecil tampak cemas. Bersama beberapa guru ia menemani Loni ke puskesmas terdekat.

Seminggu kemudian, setelah pulih, Loni tampak takjub karena murid baru, gadis kecil itu masih duduk di situ. “Mengapa kamu duduk di sini?” tanyanya. “Mengapa kamu mau bermain dengan saya? Apa kamu tidak tahu saya punya penyakit aneh?” tanya Loni terbata-bata. Tetapi si gadis kecil hanya tersenyum.

Ketika Loni diusili teman sekelas, ketika ada yang menjambak dan menendang Loni, ke­ti­ka semua beramai-ramai mengejek Loni, gadis kecil membelanya. Begitu juga sebaliknya. Loni akan bersedih dan mencoba membantu sebisanya ketika gadis kecil mendapat kesulitan. Di waktu luang, gadis kecil mengajari Loni pelajaran sekolah. Semakin lama mereka semakin akrab. Gadis kecil berhasil menjadi juara kelas. Loni yang dua tahun tinggal kelas dapat naik ke kelas empat.

Suatu hari Loni tak masuk sekolah. Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan Loni tak muncul. Gadis kecil sedih mendengar Loni tak lagi sekolah. Kedua orangtuanya bilang percuma menyekolahkan Loni, sebab penyakit Loni sering kambuh. Ia juga sering mengamuk pada siapa saja.

Gadis kecil sedih. Ia datang ke rumah Loni, tetapi Loni tak ada. Gadis kecil tak percaya ketika orang-orang berkata Loni kini menjadi anak jalanan, berkeliaran di jalan-jalan.

Suatu sore, si gadis kecil itu pulang menuju rumahnya. Ia harus berjalan melalui lorong pasar yang sudah cukup gelap. Tak seorang pun di sana, ketika tiga lelaki jahat tiba-tiba menyergapnya! Gadis kecil tak bisa berteriak karena mulutnya disekap. Ia akan diseret ke tempat yang lebih gelap! Tiba-tiba sesosok bayangan datang dan memukuli orang-orang itu sambil berteriak. Ia mengibas-ngibaskan rantai panjang yang dibawanya ke udara. Para lelaki itu kocar-kacir. Orang-orang mulai berdatangan mendengar lengkingannya.

“Loni!” panggil gadis kecil gembira.

Loni membelai rambut gadis kecil dan memeluknya. Tetapi ia tampak sangat berbeda. Ia begitu lusuh. Bajunya sobek di sana-sini. Pergelangan tangannya dipenuhi karet warna-war­ni. Begitu juga rambutnya. Rantai panjang yang sejak tadi dipegangnya, kini dililitkannya di pinggang. Airmatanya tiba-tiba menitik ketika ia berkata, ”Hanya ka­mu…temanku…, hanya kamu….”

Tahun terus berlalu. Gadis kecil tumbuh remaja. Ia tahu, ia mempunyai seorang teman yang hingga kini masih berkeliaran di jalan dan di pasar-pasar. Sesekali ia menyelusuri pasar dan jalan-jalan, berharap dapat bertemu dengan Loni.

“Orang gila! Orang Gila! Lariii!”

“Loni gila! Loni gilaa!”

Gadis kecil masih menawarkan persahabatan seperti dulu, tetapi Loni menghindari.

“Loni, kamu temanku…kamu tidak gila!” kata si gadis. “Aku akan menolongmu….”

Airmata Loni berderai. “Kamu temanku…,pergilah…," suaranya pelan. “Hanya kamu…temanku selamanya…,satu-satunya…, karena itu…kamu harus…pergi….”

Sejak saat itu gadis itu tak pernah lagi bertemu dengan Loni. Tetapi di mana pun Loni berada, gadis itu tahu Loni akan selalu berada di hatinya.

Kak Seto


Milis DT - Bagi saya Kak Seto tak pernah berubah. Ya sosoknya, wajah dan senyumnya serta kegiatannya yang selalu dekat dengan dunia anak. Memang banyak tokoh pemerhati anak di Indonesia, tapi Kak Seto selalu mendapat empat tersendiri.

Saya tidak mengenal Kak Seto secara pribadi. Meski demikian, saya tak mungkin lupa pengalaman saya lebih kurang 27 tahun lalu. Saat itu, tahun 1978, saya baru duduk di kelas II SD Bhayangkari I Bandung. Saya dan teman-teman Binavokalia asuhan Pak Isnendro datang dari Bandung ke stasiun TVRI menghadiri undangan Aneka Ria Anak-Anak.

Sejak dari Bandung saya sudah kesal dan sedih. Persoalannya sederhana. Kami semua memakai bando berpita di atas kepala, namun bando saya lebih mirip tali panjang. Pitanya nyaris tak kelihatan. Saya tak tahu mengapa begitu, tapi itu membuat saya jadi berbeda dengan anak lainnya. Saya merasa saya dianaktirikan dalam grup tersebut, meski sebenarnya tidak demikian. Kebetulan saja, saya satu-satunya yang tidak kebagian pita besar. Tapi ya begitulah perasaan saya, seorang anak kelas II SD.

Ketika acara saya berusaha agar bisa duduk dekat dengan Kak Seto dan Kak Heny Purwonegoro. Apa daya? Tubuh kurus kecil saya kalah melawan teman-teman lain yang gemuk, tinggi dan sudah kelas empat ke atas. Akhirnya saya cuma kebagian berdiri di pojok belakang. Padahal saya ingin sekali bertemu dengan mereka! Saya bahkan harus berjinjit untuk meyakinkan bahwa wajah saya benar-benar bisa masuk kotak televisi!

Dalam acara tersebut saya dan teman-teman menyanyikan 3 lagu, diselingi tarian dari sanggar lain.

Tanpa saya duga sebelumnya, entah mengapa, Kak Henny dan Kak Seto memanggil saya ke tengah, dekat mereka.

Saya terperangah. Apa yang terjadi?

"Adik, sini! Namanya siapa? Tanya Kak Seto.

"Helvy," kata saya.

"Helvy, kamu menyanyi sendiri ya!" kata Kak Henny.

Kak Seto mengangguk sambil tersenyum khas.

Saya tergeragap. Tidak mungkin, pikir saya, si anak kecil umur 8 tahun. Apa saya mau mengacaukan semua acara? Tidak ada saya menyanyi sendiri di jadwal! Adanya ramai-ramai! Mungkin karena suara saya memang "STD" (mengutip Meutia Kasim untuk kata "standar").

Saya menggeleng.

"Mengapa? Kamu tetap boleh menyanyi sendiri," ujar Kak Seto.

"Saya takut dimarahi sutradaranya," kata saya sekenanya.

Kak Seto dan Kak Henny tertawa.

"Tidak, kan kami yang meminta," kata Kak Henny.

Saya menggeleng kuat-kuat. Bagaimana kalau makin banyak orang yang melihat bando jelek yang saya pakai?

Kak Seto membelai kepala saya dan berkata. "Baik, kalau kamu tidak mau tak apa. Tapi banyak tersenyum ya."

Saya mencoba tersenyum.

"Kamu manis pakai bando itu. Apalagi kalau sambil senyum ya,dik " tambah Kak Seto.

Saya sungguh tidak tahu apakah mereka memperhatikan pita yang tidak mengembang di bando saya, atau wajah saya yang menyiratkan kesedihan karena berdiri di pojok. Yang jelas sepanjang acara kemudian saya jadi banyak tersenyum dan tak mengingat bando saya lagi. Saya jadi sangat percaya diri. Soalnya saya mendapat sapa istimewa dari Kak Henny dan Kak Seto yang saya kagumi itu!

Sampai sekarang apa yang dilakukan mereka sangat mengesankan saya. Saya, anak kecil dengan bando jelek --yang pegal berdiri di pojok dan takut wajahnya tak bisa masuk kotak televisi itu--- merasa sangat dihargai saat itu.

Saya sempat bertemu Kak Seto beberapa kali lagi. Yang pertama waktu Kak Seto menyerahkan piala Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden RI, tahun 2004, di TIM, untuk anak saya Faiz. Yang kedua, saat saya mengantar Faiz mengikuti acara Who Wants to be A Presiden di TPI, di mana Kak Seto menjadi salah satu panelis. Seperti biasa Kak Seto tak pernah lepas tersenyum dan selalu menyapa.

Dan kemarin, tanggal 3 Februari, di istana negara, saya berkesempatan bertemu kembali dengan Kak Seto dalam acara Gerakan Nasional Saling Berkirim Surat untuk Anak Aceh dan Nias. Saya hadir sebagai pembimbing FLP Kids, kelompok penulis anak yang diundang oleh Komnas Anak. Saya hadir sebagai Bunda Abdurahman Faiz, anak saya yang langsung mendapat undangan dari Komnas anak yang dipimpin Kak Seto.

Saat semua undangan termasuk saya saling bersalaman dengan Bapak Presiden dan Kak Seto, saya menyapanya dengan berkata, "Terimakasih undangannya, Kak Seto. Saya ibu Abdurahman Faiz."

Kak Seto tersenyum dan manggut-manggut dengan wajah yang telah saya akrabi lebih dari 27 tahun lalu. "Terimakasih juga, bu," tuturnya.

Sungguh, Kak Seto secara konsisten telah melakukan begitu banyak hal buat anak-anak Indonesia. Perjuangannya bahkan tergurat tulus dalam wajahnya yang tak pernah tampak letih dan awet itu. Ia tersenyum, ia menitikkan airmata bersama jutaan anak-anak Indonesia.

Saya bukan orang yang mengenal Kak Seto secara pribadi, tapi hari ini saya ingin mengucapkan sesuatu: Terimakasih Kak Seto. Terimakasih karena kau telah membawa anak-anak Indonesia dalam hatimu sampai begitu jauh. Terimakasih karena kau selalu peduli pada senyum, pada tangisan, pada semua yang mereka hadapi, apa pun itu...

Dari luar kamar, sayup-sayup suara anak saya Faiz terdengar ingin tahu. "Bunda, memangnya waktu Bunda sebesar aku, Kak Seto sudah ada? Dia kan masih muda, Bunda...."

Kabar Buat Maria


Hampir setiap hari lelaki buta dan anaknya yang berjualan es mambo itu melewati rumah keluarga Maria. Si anak yang baru berusia sekitar tujuh tahun itu, menuntun bapaknya melangkah tertatih-tatih sambil berteriak, “Es! Es mambo! Es-nya, eeeesss!!”

Biasanya tak lama kemudian, dengan langkah tergopoh-gopoh Maria akan keluar dan memanggil mereka. Maria akan membeli paling tidak sepuluh es mambo. Mengajak lelaki buta dan anaknya untuk mampir beristirahat sejenak di rumah kontrakan keluarganya yang sederhana, juga menyuguhi mereka makanan dan minuman. Maria sangat menaruh perhatian pada mereka, seperti juga dengan segala kesederhanaan, Maria memperhatikan siapa pun yang kekurangan dan papa di sekitarnya.

“Saya akan menyekolahkan anak Bapak …, boleh?” tanya Maria suatu hari.

Lelaki buta itu mengangguk-angguk. Anaknya meloncat-loncat gembira.

“Biar nanti saya yang mengurus semuanya. Apakah di tempat Bapak ada SD Negeri yang bagus?”

“Ada,” kata Bapak itu. “Tetapi…, saya tak mau menyusahkan Ibu. Biar nanti istri saya saja yang mengurus. Kebetulan istri saya berjualan es di depan sekolahan dekat rumah….”

Maria berpikir sejenak. “Saya tak keberatan untuk mendaftarkan….”

“Tapi, bu…, bila istri saya yang mendaftarkan, lebih baik, karena para guru sudah mengenal istri saya….

Maria tersenyum. Tak lama ia masuk ke dalam kamar, dan keluar dengan sebuah amplop di tangan. “Mudah-mudahan uang ini cukup untuk mendaftar, membeli seragam dan perlengkapan sekolah. Datanglah tiap awal bulan. Saya akan memberikan uang bayaran sekolah pada Bapak.”

Begitulah. Selama beberapa waktu, secara teratur lelaki buta dan anaknya datang mengambil uang sumbangan dari Maria. Sementara Maria terus memberi pengertian pada tiga anaknya yang juga baru usia SD, untuk mau hidup lebih sederhana lagi, mengingat sebagian jatah belanja, Maria berikan pada mereka.

Enam bulan berlalu, sampai tiba-tiba datang si anak dengan seorang perempuan ke rumah Maria. Perempuan itu mengaku sebagai istri dari lelaki buta itu. Ia tampak murung sekali, lalu tangisnya tumpah saat bertemu Maria. Juga tangis anak lelaki buta itu.

“Suami saya kecelakaan! Ia sudah meninggal…, bu!!

Maria terpaku beberapa saat. “Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’uun,” ujar Maria pelan. “Apakah sudah dikubur?” Air bening mengalir dari kedua pipi wanita yang baik hati ini.

“Belum, bu. Mayatnya masih di rumah sakit. Saya tidak punya uang untuk mengambilnya. Saya…juga nggak punya uang untuk membeli kafan, apalagi menguburkannya…, saya pusing, bu!” kata perempuan itu miris.

Maria mengusap airmatanya, menepuk-nepuk bahu perempuan itu dan mencoba meneguhkannya. “Saya akan bantu kamu. Ayo kita ke rumah sakit!”

“Tidak usah, bu. Ibu tidak usah ke sana. Mayatnya hancur, bu! Hampir tak bisa dikenali! Saya saja tidak kuat melihatnya! Biar paman saya saja yang ngurusin!”Permpuan itu terus menangis. “Saya mengharapkan dibantu uang sama ibu…,” katanya pada akhirnya.

Airmata Maria bergulir lagi. Disebutnya nama Allah berkali-kali. “Kasihan kamu dan anak-anak. Tetapi tabah ya. Ini cobaan dari Allah. Kamu tak akan pernah tahu balasan dari ketabahanmu sampai suatu saat.” Maria membuka dompetnya. Lalu entah berapa banyak, Maria memberikan semua isinya dan istri lelaki buta itu berulangkali mengucapkan terimakasih. Lalu bersama anaknya tergesa pergi.

Maria sangat sedih. Tetapi sejak dulu ia memang selalu saja tak tega. Ia ingin ikut ke rumah sakit dan membantu penyelenggaraan jenazah, namun rasa ibanya yang terlalu besar membuatnya tak mampu.

Maria tak pernah tahu kebenaran itu, sampai sebulan kemudian. Tetangga sebelah rumahnya bercerita, “Sungguh, Maria! Demi Allah, saya melihat lelaki itu dan anaknya. Sudah tiga kali ini! Mereka berboncengan sepeda, jualan es. Tidak mungkin saya salah lihat!”

Maria cuma terdiam.

“Saya lihat lelaki itu selalu beserta anaknya. Mereka menipumu, Maria! Anak itu tidak disekolahkan!”

Maria masih terdiam.

“Lelaki itu belum mati! Ia juga tidak buta! Ia bisa melihat saya dan membonceng anaknya naik sepeda! Kasihan, kamu benar-benar ditipu! Maaf, kabar buruk ini harus saya sampaikan!”

Maria menghela napas. Senyum khas-nya kembali tampak. “Jadi dia belum meninggal? Berarti anaknya tidak menjadi anak yatim? Ternyata dia juga tidak buta. Artinya, ia bisa melakukan lebih banyak hal untuk keluarganya. Termasuk untuk menyekolahkan anaknya,” Maria manggut-manggut. “Saya pikir ini adalah kabar terbaik yang saya dengar hari ini!” 

Indonesia Belum Menyerah


“Aku seorang seniman,” lelaki berambut gondrong itu berkata padaku. “Tapi tidak sepertimu, aku cuma seniman pinggiran,” tambahnya lagi seraya menyebut namanya: Iwan, tinggal di Tanjung Priok.

Waktu itu Desember, 2000, hari sudah senja di Taman Ismail Marzuki. Aku baru saja berkenalan dengan Iwan dan Ratri adik perempuannya, di toko buku Jose Rizal Manua.

“Aku tidak percaya partai, Mbak,” tiba-tiba Ratri berkata, pada pertemuan kami yang berikut, dua minggu kemudian, di tempat yang sama “Apalagi pada tokoh-tokohnya. Muak sekali melihat mereka,” tambahnya sinis.

“Ya…, aku juga. Nggak ada yang benar. Partai yang besar kubenci, yang kecil bikin aku geli. Lihat deh partai-partai gurem itu kan nggak jelas. Ada juga yang membawa agama untuk kepentingan partai, sekadar memanipulasi ayat Tuhan!” nada suara Iwan agak geram.

“Ya, tapi tak semua….,” bantahku.

Sayang percakapan kami terhenti karena tiba-tiba hujan turun begitu deras.

Kami berpisah, dua tahun lalu, di TIM tanpa pernah bertukar alamat dan tak pernah bertemu lagi setelah itu. Sampai akhir November 2002, seseorang menyapaku, di tempat yang sama: Taman Ismail Marzuki.

“Assalaamu’alaikum, Mbak! Masih ingat saya? Saya Iwan, seniman pinggiran itu….saya sudah potong rambut. Apa Mbak masih mengenali saya?”

Sesaat aku mengernyitkan dahi. Sosok di depanku sangat rapi dan sopan. Tapi ia memang Iwan. Dan topi yang dipakainya? Aku kembali mengerutkan dahi…, Iwan memakai topi berlambang Partai Keadilan?

Ia membuka topinya dan tersipu. “Sekarang saya jadi aktivis PK, Mbak. Masih kecil-kecilan.”

Aku tersenyum. Bagaimana bisa?

Segera kuajak Rita teman yang sejak tadi bersamaku dan Iwan makan siang bersama.

“Tahun lalu banjir besar melanda Tanjung Priok. Teman-teman dari partai itu yang pertama datang ke lokasi. Mereka membantu kami bukan hanya pada hari itu, tapi berbulan-bulan kemudian masih memantau keadaan kami. Mereka melakukan semua tanpa pamrih, tanpa mengajak kami masuk partai mereka. Mereka juga membuka pos-pos pelayanan masyarakat secara gratis,” kata-kata Iwan meluncur begitu cepat.

“Lalu?”

“Saya mulai ingin tahu tentang PK. Mereka memang unik. Saya berkali-kali mengadakan demonstrasi dengan kelompok saya. Jumlahnya cuma seratusan, tapi pasti ricuh. Sementara saya lihat setiap teman Partai Keadilan turun melakukan aksi di jalan, sampai ribuan orang, tak sedikit pun ada keributan. Kelihatannya kok tenang, kok asyik,” Iwan menghirup air jeruknya.

Aku dan Rita berpandangan. Nyengir.

“Saya bertemu DR. Hidayat Nurwahid awal tahun ini. Wah, dia memeluk saya. Padahal saya bukan apa-apa. Waktu itu saya mengikuti ceramahnya di Al Azhar. Saya salami dia. Eh, dia menjabat tangan saya erat, malah memeluk saya,” Kenang Iwan haru. “Waktu itu Hidayat Nurwahid berkata pada banyak orang, termasuk saya: Bahkan seandainya Anda tidak masuk ke Partai Keadilan sekali pun, tapi Anda mendukung, menegakkan dan melaksanakan keadilan, yang itu berarti Anda mengamalkan Islam, maka Anda sesungguhnya sudah menjadi bagian dari kami. Saya terharu sekali, mbak!”

Lagi-lagi aku dan Rita saling berpandangan. Itu perkataan yang memang sering diucapkan Presiden PK: Dr. Hidayat Nurwahid.

Iwan masih terus bercerita. Angin kencang Kafe Musi di area terbuka TIM tempat kami duduk, menyentuh dan menggeser lembaran-lembaran Majalah Tempo edisi terbaru, November 2002 yang ada di pangkuanku. Tak sengaja ekor mataku membaca tulisan itu sekali lagi: “Indonesia Belum Menyerah!”

Dalam edisi tersebut terdapat “Figur Pahlawan Pilihan Pembaca”, sebuah polling yang melibatkan ratusan pembaca Tempo. Sholahudin Wahid, Hidayat Nurwahid, Abdullah Gymnastiar, Kwik Kian Gie, Susilo B Yudhoyono, Sri Sultan Hamengkubuwono dan Iwan Fals adalah tujuh nama yang menjadi pilihan pembaca secara berurutan.

Iwan masih terus bercerita. Angin meliukkan jilbab putihku sesekali. Tiba-tiba aku teringat wajah teman-temanku yang tak henti memikirkan masalah ummat itu….

Ah, Indonesia tak akan menyerah, Wan! Tak akan pernah!

Ibu Yang Sangat Pengasih

Sejak dahulu, ibuku sangat suka menolong orang, bahkan bila tak diminta sekali pun. Kalau ada tetangga yang membangun rumah, maka ibu tanpa disuruh dan tanpa pamrih membuatkan es dan makanan kecil bagi para tukang bangunannya. Kala melihat tukang pos, tukang minyak tanah, asongan dan lain-lain, juga pengemis lewat, maka ibu akan menyapa mereka ramah dan mengajak mereka makan bersama di rumah.

Ibulah yang paling dulu tiba di tempat mereka yang terkena musibah. Ketika ada kebakaran atau bencana banjir, ibu segera datang ke lokasi dengan membawa pakaian bekas, makanan, apa saja yang bisa dibawanya. Padahal lokasi tersebut kadang jauh dan kami tak punya kendaraan pribadi. Ketika mendapat rezeki, ibu mengajakku menyusuri jalan raya dan pemukiman kumuh dengan berjalan kaki untuk memberi sesuatu bagi mereka yang membutuhkan, seraya mengajarkanku untuk selalu bersyukur. Tentu saja, ibu sering ditipu oleh mereka yang memanfaatkan kebaikan hatinya. Namun ia tak pernah jera untuk terus membantu mereka yang kesusahan.

Sungguh, ibuku bukan menteri sosial atau istri pejabat, tetapi ia telah menjadi ibu banyak orang sejak lama. Dalam kesederhanaan hidup, ia punya begitu banyak perhatian, pengertian dan cinta untuk dibagikan pada siapa pun, terutama mereka yang menderita dan terabaikan. Ya, perempuan hebat itu memiliki banyak teman dari berbagai kalangan yang juga mencintainya.

Ibu memang tak banyak mengajarkan kata, hanya perbuatan dan berjuta cinta untuk sesama. Dan sejak aku kecil, semua orang yang kujumpai selalu menatapku dengan takjub dan haru: “Engkaukah anak Maria yang pengasih itu?”

Ibuku Idolaku

Saya sudah bisa membaca dan menulis saat masih balita, karena ibu mengajarkan dengan penuh cinta Kami pernah hidup dengan sangat sulit di tepi sebuah rel kereta api. Tetapi apa yang ibu lakukan luar biasa. Saya sudah bisa membaca dan menulis saat balita, karena ibu mengajar dengan sabar.

Suatu hari saat berusia lima tahun, saya membuka koran bekas bungkus bawang dan cabai yang dibawa ibu pulang dari pasar. Saya baca semua dalam waktu singkat. Ibu terperangah, menatap saya dengan mata kaca.

Sejak itu, meski tak punya uang, ibu selalu membawakan saya sebuah buku cerita, sepulang dari pasar. Ibu hampir tak pernah beli baju, perhiasan atau barang-barang yang biasa dibeli oleh ibu teman-teman saya. Tapi wanita tercinta itu tak pernah berhenti mengepung saya dengan buku. Bahkan ibu membuat perpustakaan kecil di kamar saya.

Hari-hari itu seolah baru terjadi kemarin. Sapa lembut ibu, buku-buku baru dan bekas yang disampul rapi, rak-rak buku untuk perpustakaan mini kami, cerita-cerita ibu tentang buku-buku bagus yang dulu pernah dibacanya. Ide ibu untuk menyewakan buku di perpustakaan kami agar hasilnya bisa dibelikan buku baru. Menulis catatan harian bersama, membantu membuat majalah sendiri. Senyum, tawa dan semangat ibu membaca puisi dan cerita pendek yang saya tulis di bangku sekolah dasar, ajakannya ke perpustakaan. Jalan-jalan ke toko buku meski berjam-jam di sana kami hanya mampu membeli satu buku tipis….

Ah, ibu. Tahun demi tahun berlalu. Siapa kira, satu demi satu buku saya terbit. Buku-buku yang selalu ibu dekap dengan wajah haru dan ibu simpan di tempat yang bagus dan wangi. Ibunda tercinta, kau telah menciptakan seorang pengarang dari sebuah rumah kayu kecil, di pinggir rel kereta api. Tapi tahukah ibu, jutaan buku yang bisa saya tulis sekalipun tak akan pernah mampu menampung semua cinta dan terimakasih saya padamu, idola abadiku….

Doa Yang Selalu Dikabulkan


Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah. Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakannya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.

Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika giliran Mimin tiba. Semua memperhatikan de-ngan seksama apa yang disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat.

Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan nada datar. “Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya.”

Ia tersenyum. “Saya lahir dalam keadaan seperti ini. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah,” Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum. “Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja.”

Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. “Saya kuliah di Fakultas Psikologi,” katanya seraya menambahkan bahwa teman-teman pria dan wanita di Universitas Islam Bandung—tempat kuliahnya itu—senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. “Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas,” kenangnya.

Dan civitas academica yang lain? Menurut Mimin ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Allah saat menatapnya. “Mereka berkata: Ya Allah, bisa juga ya dia kuliah,” senyumnya mengembang lagi. “Saya bahagia karena mereka menyebut nama Allah. Bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga, kerabat atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang Maha Besar. Begitu kata mereka.”

Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahwa ia tak pernah bermimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. “Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh…, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja.”

Makanya semua geger, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang saleh, mapan dan normal melamarnya. “Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa, ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya,” ujarnya penuh syukur.

Saya memandang Mimin dalam. Menyelami batinnya dengan mata mengembun.

“Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak mengenal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimana pun saat seorang ibu melahirkan otot-otot panggul dan kaki sangat berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah, saya melahirkan lancar dibantu bidan,” pipi Mimin memerah kembali. “Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar, Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang.”

Hening. Ia terdiam agak lama.

Mata saya basah, menyelami batin Mimin. Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya. Saya belum apa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.

Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai pembicara sekarang, dan pertamakalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?

Saat seminar usai dan Mimin dibantu turun dari panggung, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur ke pelukannya. Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu bisa saya gendong kapan saya suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku.

Ketika Mimin pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia men-cintai saya karena Allah, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya. “Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemukan dengan hambaMu ini. Kekalkanlah persaudaraan kami di Sabilillah. Selamanya. Amin.”

Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.


(HTR, dari: Pelangi Nurani, Penerbit Syaamil, 2000) 

Allah, Siapkah Aku Bila Engkau Ingin Bertemu


KotaSantri.com - Pernahkah Anda melihat seseorang menjelang sakaratul maut? Berapakali Anda melihat mereka yang terbelalak ketakutan, yang kesakitan atau yang hanya seperti hendak tidur? Aku punya seorang teman dekat di SMU I Binjai bernama Wati. Ia dara berjilbab yang sangat cantik, supel, berbudi, senang menolong orang lain dan selalu menjadi juara kelas. Maka seperti mendengat petir disiang hari, saat kudengar ia yang sudah sekian lama tak masuk sekolah ternyata mengidap kanker rahim. Bahkan sudah menyebar hingga stadium empat!!

Sekolah kami berduka. Para aktivis rohis amat sedih. Wati adalah motor segala kegiatan dakwah. Ide-idenya segar. Ia selalu punya terobosan baru. Ia bisa mendekati dan disukai siapapun. Sungguh, kami tak memiliki Wati yang lain. Maka betapa pedih menatapnya hari itu. Ia tergolek lemah di ranjang. Badannya menjadi amat kurus. Wajahnya pasi. Setelah sakit berbulan-bulan, hari ini ia tak mampu lagi mengenali kami!

"Wati sudah sebulan ini tak bisa bangun," kata ibunya sambil mengusap air matanya.

Namun kami berbelalak, saat baru saja ibunya selesai bicara, perlahan Wati berusaha untuk bangun. Kami semua tercengang saat ia berdiri dan berjalan melintasi kami seraya berkata dengan suara nyaris tak terdengar, "Aku mau berwudhu dan shalat Dhuha."

Serentak kami semua berebutan membimbingnya ke kamar mandi. Setelah itu ibunya memakaikannya mukena dan sarung. Sementara ayahnya kembali membaringkannya di tempat tidur karena ia terlalu lemah untuk shalat sambil berdiri. Hening. Tak seorang pun yang bersuara saat ia melakukan shalat Dhuha. Selesai shalat, saat ibunya akan membukakan mukena, ia melarang dengan halus. Lalu lama sekali dipandanginya wajah ibu, ayah dan adik-adiknya satu persatu bergantian. Dari mulutnya terus menerus terdengar asma Allah. Kami yang menyaksikan tak kuat lagi menahan tangis.

Tiba-tiba Wati tersenyum. Ia memandang kami, teman-temannya, dengan penuh sayang. Lalu kembali memandang wajah ayah, ibu dan adik-adiknya bergantian. Kini kulihat butiran bening menetes dari sudut matanya. Lalu susah payah ia mengangkat kedua tangannya dan mendekapkannya di dada. Dengan tersenyum ia menutup kedua matanya sambil mengucapkan dua kalimat syahadat dengan sangat lancar. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun. Ia telah pergi untuk selamanya. Bagai melayang aku menyaksikan semua. Dadaku berdebar, lututku gemetar. Subhanallah, ia telah kembali dengan sangat sempurna dalam usia yang baru 18 tahun. Tiba-tiba, antara ilusi dan kenyataan, aku mencium wewangian. Tubuhku bergidik. Aku menangis terisak-isak.

Allah, siapkah aku bila Engkau ingin bertemu?

Seperti dituturkan sahabat Wati kepada Helvy Tiana Rosa - Disadur dari buku Lentera Kehidupan : Cerita Luar Biasa dari Orang-orang Biasa 

Agar Dia Tak Membuang Saya


Mukminah seorang penggembira yang senang menolong siapa saja. Di Panti Werdha I, Cipayung ini, ia selalu membantu para manula. Mulai dari mengambilkan makanan, menuntun mereka ke kamar mandi, menemani para orangtua itu memeriksakan kesehatan pada dokter keliling, menghibur, dan apa pun yang bisa dilakukannya. Hari-hari yang mungkin terasa suram, menjadi lebih cerah dengan kehadiran dan kebaikan perempuan gemuk, putih, bermata sipit itu.

“Saya harus berdoa. Saya senang ibadah…,” ujarnya sekali waktu.

Tetapi tak banyak yang tahu, apa yang ia ceritakan pada saya, di suatu hari. Dulu, ia adalah bayi kecil yang ditemukan di depan panti sebuah rumah sakit di Cirebon. Seorang Haji keturunan Arab mengambil dan membesarkannya. Kemudian ia menikah dengan seorang lelaki sederhana yang memberinya seorang putri cantik. Sayang, sang suami meninggal tak lama kemudian. Ia pun jatuh bangun membesarkan anak satu-satunya dengan segala rasa cinta dan tanggung jawab. Anaknya tumbuh dewasa, menikah, namun dililit kemiskinan. Menantunya yang bertemperamen kasar mengusirnya, sebelum mereka pindah entah kemana.

“Saya dibuang saat dilahirkan, lalu dibuang lagi di sini, ketika tua,” ujarnya pelan dengan mata berkaca-kaca. “Maka, apa yang ingin saya lakukan sekarang hanyalah berbuat kebaikan, agar satu-satunya harapan saya, Dia, meridhoi. Ya, agar Dia meridhoi, dan tidak membuang saya… di neraka.”

Setiap kali melewati Panti Werdha I, Cipayung, saya selalu teringat perkataan Mukminah, nenek berusia lebih dari 65 tahun itu, yang selalu senang menolong siapa saja. Dan saya selalu berdoa untuknya.


(HTR, dari Pelangi Nurani, Penerbit Syaamil, 2003) 

Mengajar Keledai Membaca

Mengajar Keledai Membaca


Seseorang memberikan hadiah seekor keledai kepada sang amir. Orang-orang yang hadir ketika itu mulai memuji-muji binatang itu. Akhirnya seseorang berkata: "Aku malah dapat mengajar keledai ini membaca buku."

Sang amir pun menjadi murka dan berkata, "Kamu harus dapat membuktikannya. Bawa keledai ini dan ajarilah ia membaca dalam waktu satu bulan. Jika tak berhasil, akan kupenggal kepalamu. Jika berhasil, akan kuberi hadiah kamu sepuluh keping emas."

Si lelaki itu lalu membawa keledai itu pulang. Setelah beberapa hari mengembara dia berjumpa dengan seorang sufi di jalan dan menceritakan ancaman berat sang amir.

Sang sufi berkata: "Ambillah sebuah kitab yang besar, seperti kitab filsafat, dan letakkan jerami di antara lembar-lembar halaman kitab itu. Buatlah supaya keledai itu lapar selama sehari, lalu bukalah kitab itu di depan binatang itu, dan bukalah lembar demi lembar halaman kitab itu begitu keledai itu makan jerami dari tiap-tiap halaman.

Pada akhir bulan, sebelum bertemu dengan sang amir, buatlah binatang itu tetap lapar lagi. Pada hari yang telah ditentukan, bawalah keledai itu kepada amir bersama-sama dengan kitab itu, tetapi kali ini jangan letakkan jerami di antara halaman-halaman kitab itu."

Orang itu melakukan apa yang dinasihatkan oleh sang sufi dan meyakinkan sang amir bahwa dia telah mengajari keledai itu bukan saja membaca, tetapi juga membaca filsafat.

melihat gajah

Engkau Adalah Aku


Seorang pria pergi ke rumah kekasihnya. Ia datang dan mengetuk pintu rumah perempuan yang dicintainya. ''Siapa itu?'' tanya sang kekasih.

Ia menjawab,''Aku.''

''Pergilah,'' kata sang kekasih lagi. Ini terlalu cepat; padahal di mejaku tak tersedia tempat buat yang masih mentah.

Betapa yang mentah kan dapat dimasak kalau bukan dalam api ketiadaan? Apa lagi yang dapat melepaskannya dari kemunafikan?

Dengan sangat kecewa, pria itu meninggalkan rumah kekasihnya. Selama satu tahun, api perpisahan membakar hatinya. Kemudian ia datang lagi dan melangkah menuju rumah kekasihnya.

Ia mengetuk pintu dan seratus harapan dan kecemasan, kalau-kalau dari bibirnya terlontar kata-kata yang tak berkenan.

''Siapa itu,'' tanya sang kekasih dari balik pintu. Pria itu menjawab,'' Engkau, wahai pesona segala hati.''

''Kini masuklah,'' kata sang kekasih. ''Karena Engkau adalah Aku. Di rumah ini tak ada tempat untuk dua Aku.''


Melihat Gajah

Adalah seekor gajah di rumah yang gelap. Beberapa orang Hindu membawanya untuk dipertunjukkan. Karena melihat dengan mata tak mungkin, setiap orang meraba dengan tangannya. Mereka lantas mendefinisikan gajah itu berdasar perabaannya saja.

Tangan yang seorang menyentuh belalainya. Ia berkata, ''Mahluk ini seperti pipa air.''

Yang lain meraba telinganya. Baginya gajah seperti kipas yang lebar. Yang lain memegang kakinya dan ia berkata, ''Aku dapati bentuk gajah seperti sebuah tiang.''

Yang lain meletakkan tangannya di punggungnya dan ia berkata, ''Sesungguhnya gajah ini menyerupai singgahsana.''

Setelah masing-masing memasang lilin di tangannya, perbedaan pun akan lenyap dari kata-kata mereka. Semua benar namun hanya sepotong-sepotong. Untuk melihat kebenaran, kita harus mempelajari banyak hal dan menyeluruh.

Shaikh Mukhtar dan Perampok



Syaikh Mukhtar adalah pemimpin tarekat Qadiriyya di Afrika Utara. Dia tinggal di sebuah pusat zikir (zawiya) di lereng gunung. Satu hari ia memindahkan zawiyanya ke tengah hutan.

Tiga orang perampok yang tinggal di sekitar hutan dan mengenal liku-liku hutan itu berniat merampoknya. Mereka akan mencuri sapi milik shaikh. Mereka memulai pekerjaannya.

Setelah membawa seekor sapi milik shaikh, mereka kelaparan. Dua orang memutuskan kembali untuk meminta makanan sementara yang seorang lagi bersembunyi di hutan dengan sapi curian. Kedua temannya datang mengunjungi shaikh. Betapa terperanjatnya mereka begitu melihat shaikh sudah berdiri di muka pintu menyambut kedatangan mereka.

''Assalamualaikum, silakan masuk,'' kata shaikh. Dengan wajah penuh heran, dua perampok itu duduk menghadapi hidangan yang disiapkan shaikh. ''Silakan istirahat dulu sebelu melanjutkan perjalanan kalian,'' ujar shaikh.

Pria berusia menjelang senja itu minta izin kembali ke mushallanya untuk melanjutkan zikirnya yang tertunda.

Kedua kawanan perampok itu berniat lari tanpa minta izin setelah perutnya kenyang. ''Tunggu,'' kata Shaikh. Mereka berbalik kembali dengan wajah penuh tanda tanya. Shaikh menghilang sebentar dan kembali dengan beberapa potong roti. ''Ini untuk kawan kalian yang berada di hutan. Bukankah kalian bertiga,'' kata Shaikh.

Tanpa mengucapkan terima kasih, dua orang itu berlari dengan roti pemberian shaikh. Mereka menceritakan apa yang dijumpainya kepada rekannya yang bersembunyi di hutan. Merasa ada yang janggal, mereka urung membawa lari sapi milik shaikh.

Tiga bulan kemudian, shaikh mengutus salah seorang muridnya kepada komplotan perampok bernama Alhiresh itu. Muridnya berhasil membawa Alhiresh ke hadapan shaikh. ''Bertobatlah kepada Tuhan. Hentikan kegiatan kalian. Itu tidak baik,'' kata Sidi Mukhtar. ''Tak mungkin, dari merampoklah kami hidup,'' kata Alhiresh.

''Kalau begitu, tinggallah di sini. Aku akan menjamin hidup kalian sampai akhir hayat,'' kata shaikh.

''Bagaimana mungkin, aku diampuni. Terlalu banyak orang yang aku bunuh,'' sambung Alhiresh.

''Tuhan maha pemaaf. Mohon ampun dan jangan ulangi perbuatan itu.''

Maka perampok itu kemudian tinggal bersama shaikh hingga akhir hayatnya. Mereka menjadi murid yang paling setia dan tekun berzikir.


Makanan Keimanan

Sidi Muhammad ben Ali adalah anak dari Sidi Mukhtar pemimpin tarekat Qadiriyya. Satu kali selagi ia masih muda, ia diundang makan di rumah seorang ulama terkenal. Dia datang dan melihat banyak pemimpin suku hadir di rumah ulama tersebut.

Orang-orang yang datang tahu, ulama itu sangat murah dan selalu menghidangkan makanan lezat. Ketika si ulama masuk ke dalam kamar, mereka menduga-duga makanan apa yang akan disajikan hari itu.

Betapa terperanjatnya mereka ketika melihat yang dikeluarkan cuma sup sayuran yang tak enak dimakan. Mereka melihatnya ogah-ogahan ketika ulama itu mempersilakan semua tamunya menyantap makanan.

Tapi tidak dengan Sidi Muhammad ben Ali. Anak muda itu menyantap habis makanan yang disediakan shaikh pemilik rumah. Yang lain bahkan tak mau menyentuhnya.

Usai menyediakan makanan, shaikh itu menyampaikan pesan yang membuat semua yang hadir mencucurkan air mata. Dia menceritakan rahasia di balik makanan yang tak enak itu. Kelak, Sidi Muhammad ben Ali menjadi ulama terkenal yang memimpin juga tarekat Qadiriyya.